Sumber: https://www.koranbernas.id/berita/detail/pek-bung-mengalun-dari-kampung-gedongsari
Seni Pek Bung anak dan remaja ditampilkan dalam launching Kampung Seni Gedongsari Desa Wijirejo Pandak Bantul, Sabtu (06/10/2018) malam. (sari wijaya/koranbernas.id).
KORANBERNAS.ID -- Seni Pek Bung terdengar mengalun dari Kampung Gedongsari Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Bantul, Sabtu (06/10/2018) malam.
Ada yang dimainkan oleh kelompok anak dan remaja, ada pula yang dimainkan orang dewasa maupun generasi tua atau sepuh.
Pek Bung adalah seni tradisi asli masyarakat Jawa dengan alat musik tradisional. Seperti klenting yang difungsikan sebagai bas dan kendang, bumbung sebagai bas/gong.
Kemudian ada kentongan, besi berbentuk garpu tala, seruling untuk melodi dan juga bunyi-bunyian lain sehingga menghasilkan perpaduan musik yang enak didengar.
Vokalis menyanyikan lagu secara bergantian, berupa lagu-lagu daerah seperti jenang gula, angin mamiri maupun beragam lagu campursari.
Selain Pek Bung, pada acara yang dihadiri perwakilan Keraton Yogyakarta GPH Poerbodiningrat SE MBA, Lurah Wijirejo H Murtadho, tokoh seniman dan masyarakat itu, juga ditampilkan seni jathilan, shalawat rodat, shalawat Jawa, tari anak dan dewasa, angklung, reog serta kethoprak Mataram.
Semua dimainkan oleh warga Gedongsari di kediaman tokoh seniman, Sawal Margo Karyono, warga RT 4.
Semua seni unjuk kebolehan saat launching Kampung Seni Gedongsari oleh Kanjeng Poerbo yang juga menantu Sri Sultan HB X tersebut.
Dr Agus Winajanarka selaku ketua panitia mengatakan semua seni hidup di Gedongsari secara turun temurun.
“Sejak zaman dahulu berbagai seni ini hidup dan berkembang di masyarakat. Hingga kini tetap eksis keberadaannya,” katanya.
Setelah menjadi kampung seni maka pengembangan seni dan budaya semakin bagus lagi dengan dukungan berbagai pihak.
“Seni yang hidup tersebut, Alhamdulillah juga ada regenerasinya. Anak-anak dan remaja serta kaum muda belajar seni tradsi di sini,” katanya.
Bukan hanya seni semata, namun untuk sisi religiusitas di Gedongsari juga selalu dijaga, termasuk jiwa kebersamaan dan gotong royong.
“Misalnya saja di sini masih nguri-uri tradisi kendurenan, suran, muludan, selikuran dan lainnya,” tambahnya.
Gusti Poerbo mendukung launching kampung seni tersebut. “Saya berharap seni tradisi ini bisa terus dilestarikan ke depan sebagai aset bangsa,” katanya.
Selain pertunjukan seni, acara malam itu diisi pula pemberian penghargaan kategori Pegiat Seni dan Budaya, Sawal Margo Karyono warga RT 4 Gedongsari serta Pemuda Pelopor Seni dan Budaya, Niken Tabri Muasih. Penghargaan diserahkan oleh Lurah H Murtadho. (sol).
No comments:
Post a Comment