8/21/2014

PEMAIN PEK BUNG [TIDAK] HARUS GENERASI TUA



Seni musik Pek Bung yang selama ini dikenal merupakan budaya asli dari masyarakat wilayah Desa Wijirejo Pandak Bantul yang pernah punah akhir-akhir ini mulai berkembang lagi. Sejak berdirinya Paguyuban Seni Pek Bung Tri Manunggal Sari pada tahun 2009, jenis kesenian ini mulai digemari dan dinikmati berbagai kalanga masyarakat. Terbukti sudah sekian kali kelompok seni tersebut tampil dan disuguhkan dalam berbagai event yang diselenggarakan pemerintah ataupun masyarakat. Bahkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul meregistrasi kelompok seni tersebut dengan menerbitkan surat nomor: 021/Budpar/IV/2010 tanggal 8 April 2010.


Kendala utama yang masih dirasakan pengelola kelompok tersebut adalah pemain musik dan vokalis pek bung masih didominasi orang yang berusia tua.  Seperti disampaikan Agus Wijanarka yang menjadi Ketua Paguyuban Pek Bung Tri Manunggal Sari mengatakan bahwa kelompok pek bung yang dipimpinnya sampai saat ini masih beranggotakan oleh personil generasi tua. Agus menambahkan “.... pemain musik dan para penyanyi/vokalis sebagian besar adalah bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah berusia tua...”.
Keluhan Agus tersebut disampaikan pada Tim Pembinaan Seni dari LPM Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada saat pertemuan pembinaan ISI berlokasi pada sekretariat pek bung di Gedongsari RT 04 Wijirejo Pandak Bantul (12/8/2014). Hal tersebut lantas disikapi oleh Tim dari ISI yang diwakili oleh Linda Lasito dan Teteh Dyi. Tim dari ISI kemudian menyarankan untuk segera dilakukan pertemuan lanjutan bersama dengan pemuda-pemudi wilayah setempat. Upaya ini untuk mengajak para pemuda supaya tergerak dan mau bergabung dalam musik pek bung.
Pertemuan Tim ISI dan Pemuda-pemudi Gedongsari RT 04 Wijirejo Pandak Bantul akhirnya berlangsung (19/8/2014) dan dilakukan dengan serius tapi santai di rumah salah satu pemuda. Bagas Wara Arie Wibowo selaku ketua pemuda menyampaikan kondisi dan latar belakang para pemuda dalam hal kemampuan musik. Bagas mengungkapkan “.. kami di sini tidak ada yang punya kemampuan ataupun pendidikan formal di bidang seni, namun ada sebagian pemuda yang suka gitaran saat mereka senggang dan ada yang ikut kelompok sholawatan dengan alat musik rebana ...”.  Linda Lasito segera menanggapi informasi Bagas,  kemudian Linda membesarkan hati kepada seluruh pemuda yang hadir. Linda menyatakan bahwa “.. tidak apa-apa belum bisa main musik, asalkan berlatih serius pasti besuk akan bisa..”. Kemudian disepakatilah untuk niat berlatih musik.
Teteh Dyi yang hadir bersama Linda di acara tersebut sebagai personil Tim dari ISI Yogyakarta kemudian menyarankan sebaiknya kita segera latihan dengan segera menetapkan jadwal, pemain serta jenis musik yang akan dimainkan. Teteh masih menyarankan, sehubungan musik pek bung adalah musik dari Gedongsari, maka musik ini tetap digunakan sebagai kekhasan musik yang akan digarap. Menurut Teteh, “.. pek bung adalah ciri khas musik daerah ini, sehingga harus dimainkan, untuk membuat menarik dan cocok dengan pemain yang masih berdarah muda maka musik dikombinasikan dengan alat musik yang lain sehingga menjadi musik Pek Bung Kreatif,,”. Hal tersebut ditanggapi positif seluruh peserta pertemuan, sehingga hari itu juga menetapkan personil pemain dan jadwal latihan.
Latihan pertama dilakukan Malam Jum’at (21/8/2014) di rumah Syawal Margo Kariyono (yang juga sesepuh musik pek bung). Nampak dalam gambar pelatih dan para pemain sedang mempraktekkan penggunaan alat musik. Dengan ramah, santai namun serius Linda dan Teteh memberikan pembekalan umum tentang musik dan mengajari langsung latihan musik tersebut. Terjadilah komunikasi yang harmonis antara pelatih (Linda dan Teteh) dengan para pemuda yang terlihat antusias. Jenis musik pek bung yang terdiri dari peralatan tradisional menggunakan klenthing sebagai bas, bambu bumbung sebagai bas/gong, seruling untuk melodi, kenthongan, besi berbentuk garputala, dan marakas dipadukan dengan key board, ketipung, rebana, gitar akustik,  simbal dan selo. Nampak selaras walaupun dalam latihan masih terjadi kesalahan dalam main musik di antara para pemain. Namun situasi tersebut justru menjadikan suasana menjadi sangat hangat.
Hari itu juga membuktikan bahwa pemain musik pek bung ternyata tidak harus generasi tua. Orang muda pun sangat cocok dan serasi dengan alat musik yang ada. Hanya PR yang masih digarap oleh Linda dan Teteh adalah jenis lagu yang akan dimainkan. Bahkan saat awal latihan tersebut disepakati tekat mereka untuk bisa tampil dalam rangkaian acara di dusun mereka pada hari Minggu (31/8/2014) yang akan menyelenggarakan acara Jalan Sehat, Donor Darah dan Pemeriksaan Kesehatan Gratis yang dikemas dalam acara “Sehat Ora Mesthi Larang”. Di acara tersebut memang akan disajikan potensi seni yang sudah dimiliki Dusun Gedongsari antara lain tari-tarian, electone dan Jathilan Putri. Kita tunggu saja para pemuda membuktikan kemampuannya di panggung acara tersebut. Semoga generasi muda juga bisa menunjukkan kemampuannya dalam bermain pek bung. (aa).

No comments:

Post a Comment