Seni musik Pek Bung yang
selama ini dikenal merupakan budaya asli dari
masyarakat wilayah Desa Wijirejo
Pandak Bantul yang pernah punah akhir-akhir ini mulai berkembang lagi. Sejak
berdirinya Paguyuban Seni Pek Bung Tri Manunggal Sari pada tahun 2009, jenis
kesenian ini mulai digemari dan dinikmati berbagai kalanga masyarakat. Terbukti
sudah sekian kali kelompok seni tersebut tampil dan disuguhkan dalam berbagai event yang diselenggarakan pemerintah
ataupun masyarakat. Bahkan Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul meregistrasi kelompok seni tersebut dengan menerbitkan surat nomor: 021/Budpar/IV/2010 tanggal 8 April 2010.
Kendala utama yang masih dirasakan
pengelola kelompok tersebut adalah pemain musik dan vokalis pek bung masih didominasi
orang yang berusia tua. Seperti
disampaikan Agus Wijanarka yang menjadi Ketua Paguyuban Pek Bung Tri Manunggal
Sari mengatakan bahwa kelompok pek bung yang dipimpinnya sampai saat ini masih
beranggotakan oleh personil generasi tua. Agus menambahkan “.... pemain musik dan
para penyanyi/vokalis sebagian besar adalah bapak-bapak atau ibu-ibu yang sudah
berusia tua...”.
Keluhan Agus tersebut disampaikan pada Tim Pembinaan
Seni dari LPM Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada saat pertemuan
pembinaan ISI berlokasi pada sekretariat pek bung di Gedongsari RT 04 Wijirejo
Pandak Bantul (12/8/2014). Hal tersebut lantas disikapi oleh Tim dari ISI yang
diwakili oleh Linda Lasito dan Teteh Dyi. Tim dari ISI kemudian menyarankan untuk
segera dilakukan pertemuan lanjutan bersama dengan pemuda-pemudi wilayah
setempat. Upaya ini untuk mengajak para pemuda supaya tergerak dan mau
bergabung dalam musik pek bung.
Pertemuan Tim ISI dan Pemuda-pemudi
Gedongsari RT 04 Wijirejo Pandak Bantul akhirnya berlangsung (19/8/2014) dan
dilakukan dengan serius tapi santai di rumah salah satu pemuda. Bagas Wara Arie
Wibowo selaku ketua pemuda menyampaikan kondisi dan latar belakang para pemuda
dalam hal kemampuan musik. Bagas mengungkapkan “.. kami di sini tidak ada yang punya
kemampuan ataupun pendidikan formal di bidang seni, namun ada sebagian pemuda
yang suka gitaran saat mereka
senggang dan ada yang ikut kelompok sholawatan dengan alat musik rebana ...”. Linda Lasito segera menanggapi informasi Bagas,
kemudian Linda membesarkan hati kepada
seluruh pemuda yang hadir. Linda menyatakan bahwa “.. tidak apa-apa belum bisa
main musik, asalkan berlatih serius pasti besuk akan bisa..”. Kemudian
disepakatilah untuk niat berlatih musik.
Teteh Dyi yang hadir bersama Linda di acara
tersebut sebagai personil Tim dari ISI Yogyakarta kemudian menyarankan
sebaiknya kita segera latihan dengan segera menetapkan jadwal, pemain serta jenis
musik yang akan dimainkan. Teteh masih menyarankan, sehubungan musik pek bung
adalah musik dari Gedongsari, maka musik ini tetap digunakan sebagai kekhasan
musik yang akan digarap. Menurut Teteh, “.. pek bung adalah ciri khas musik
daerah ini, sehingga harus dimainkan, untuk membuat menarik dan cocok dengan
pemain yang masih berdarah muda maka musik dikombinasikan dengan alat musik
yang lain sehingga menjadi musik Pek Bung Kreatif,,”. Hal tersebut ditanggapi
positif seluruh peserta pertemuan, sehingga hari itu juga menetapkan personil
pemain dan jadwal latihan.
Latihan pertama dilakukan Malam Jum’at
(21/8/2014) di rumah Syawal Margo Kariyono (yang juga sesepuh musik pek bung). Nampak
dalam gambar pelatih dan para pemain sedang mempraktekkan penggunaan alat
musik. Dengan ramah, santai namun serius Linda dan Teteh memberikan pembekalan
umum tentang musik dan mengajari langsung latihan musik tersebut. Terjadilah komunikasi
yang harmonis antara pelatih (Linda dan Teteh) dengan para pemuda yang terlihat
antusias. Jenis musik pek bung yang terdiri dari peralatan tradisional menggunakan klenthing sebagai bas,
bambu bumbung sebagai bas/gong, seruling untuk melodi, kenthongan, besi berbentuk garputala, dan marakas
dipadukan dengan key board,
ketipung, rebana, gitar akustik, simbal
dan selo. Nampak selaras walaupun dalam latihan masih terjadi kesalahan dalam
main musik di antara para pemain. Namun situasi tersebut justru menjadikan
suasana menjadi sangat hangat.
Hari itu juga membuktikan bahwa pemain
musik pek bung ternyata tidak harus generasi tua. Orang muda pun sangat cocok
dan serasi dengan alat musik yang ada. Hanya PR yang masih digarap oleh Linda dan Teteh adalah jenis lagu yang
akan dimainkan. Bahkan saat awal latihan tersebut disepakati tekat mereka untuk
bisa tampil dalam rangkaian acara di dusun mereka pada hari Minggu (31/8/2014)
yang akan menyelenggarakan acara Jalan Sehat, Donor Darah dan Pemeriksaan Kesehatan
Gratis yang dikemas dalam acara “Sehat
Ora Mesthi Larang”. Di acara tersebut memang akan disajikan potensi seni yang
sudah dimiliki Dusun Gedongsari antara lain tari-tarian, electone dan Jathilan Putri. Kita tunggu saja para pemuda
membuktikan kemampuannya di panggung acara tersebut. Semoga generasi muda juga
bisa menunjukkan kemampuannya dalam bermain pek bung. (aa).
No comments:
Post a Comment