10/29/2018

Pek Bung Mengalun dari Kampung Gedongsari

Sumber: https://www.koranbernas.id/berita/detail/pek-bung-mengalun-dari-kampung-gedongsari

Seni Pek Bung anak dan remaja ditampilkan dalam launching Kampung Seni Gedongsari Desa Wijirejo Pandak Bantul, Sabtu (06/10/2018) malam. (sari wijaya/koranbernas.id).


KORANBERNAS.ID -- Seni Pek Bung terdengar mengalun dari Kampung Gedongsari Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Bantul, Sabtu (06/10/2018) malam.
Ada yang dimainkan oleh kelompok anak dan remaja, ada pula yang dimainkan orang dewasa maupun generasi tua atau sepuh.
Pek Bung  adalah seni tradisi asli masyarakat Jawa dengan alat musik tradisional. Seperti klenting yang difungsikan sebagai bas dan kendang, bumbung sebagai bas/gong.
Kemudian ada kentongan, besi berbentuk garpu tala, seruling untuk melodi dan juga bunyi-bunyian lain sehingga menghasilkan perpaduan musik yang enak didengar.
Vokalis menyanyikan lagu secara bergantian, berupa lagu-lagu daerah seperti jenang gulaangin mamiri maupun beragam lagu campursari.
Selain Pek Bung, pada acara yang dihadiri perwakilan Keraton Yogyakarta GPH Poerbodiningrat SE MBA, Lurah Wijirejo H Murtadho, tokoh seniman dan masyarakat itu, juga ditampilkan seni jathilan, shalawat rodat, shalawat Jawa, tari anak dan dewasa, angklung, reog serta kethoprak Mataram.
Semua dimainkan oleh warga Gedongsari di kediaman tokoh seniman, Sawal Margo Karyono, warga RT 4.
Semua seni unjuk kebolehan saat launching Kampung Seni Gedongsari oleh Kanjeng Poerbo yang juga menantu Sri Sultan HB X tersebut.
Dr Agus Winajanarka selaku ketua panitia mengatakan semua seni  hidup di Gedongsari secara turun temurun.
“Sejak zaman dahulu berbagai seni ini hidup dan berkembang di masyarakat. Hingga kini tetap eksis keberadaannya,” katanya.

Setelah menjadi kampung seni maka pengembangan seni dan budaya semakin bagus lagi dengan dukungan berbagai pihak.
“Seni yang hidup tersebut, Alhamdulillah juga ada regenerasinya. Anak-anak dan remaja serta kaum muda belajar seni tradsi di sini,” katanya.
Bukan hanya seni semata, namun untuk sisi religiusitas di Gedongsari juga selalu dijaga, termasuk jiwa kebersamaan dan gotong royong.
“Misalnya saja di sini masih nguri-uri tradisi kendurenan, suran, muludan, selikuran dan lainnya,” tambahnya.
Gusti Poerbo mendukung launching kampung seni tersebut. “Saya berharap seni tradisi ini bisa terus dilestarikan ke depan sebagai  aset bangsa,” katanya.
Selain pertunjukan seni, acara malam itu diisi pula pemberian penghargaan kategori Pegiat Seni dan Budaya,  Sawal Margo Karyono warga RT 4 Gedongsari serta Pemuda Pelopor Seni  dan Budaya,  Niken Tabri Muasih. Penghargaan diserahkan oleh Lurah H Murtadho. (sol).

3/28/2015

MUSIK PEK BUNG [BISA] DITERIMA SEMUA KALANGAN


“Siapa sangka musik Pek Bung dipilih untuk meyuguhkan tampilan seni pada penyambutan dan memeriahkan acara kunjungan Ibu Negara (Ibu Hj. Mufidah Jusuf Kalla) beserta Istri-istri Menteri Kabinet Kerja RI (Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja/OASE KK)”.

Sesuatu yang membanggakan masyarakat kabupaten Bantul, khususnya warga Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Bantul DIY, pada hari Rabu, 25 Maret 2015 didatangi istri pemimpin bangsa Indonesia. Ya, beliau Ibu Mufidah Jusuf  Kalla berkenan mengunjungi Showroom Batik Wijirejo Pandak. Dalam kunjungan tersebut beliau juga disertai rombongan Ibu-ibu/istri Kabinet Kerja RI (OASE).
Sudah menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi warga Wijirejo, yang sangat menantikan kehadiran Ibu Negara di wilayahnya. Sejak pagi hari, nampak warga Wijirejo berkumpul menunggu di sekitar lokasi kunjungan. Sedangkan di lokasi kunjungan nampak sibuk panitia penyelenggara untuk memastikan kesiapannya.
Di sela-sela kesibukan para panitia penyelenggara ataupun tim dari PEMDA, terlihat sekelompok orang mengenakan baju surjan khas Jawa duduk di atas panggung sambil memainkan serangkaian musik yang nan eksentrik. Ya, sebuah musik pek bung. Pek Bung yang selama ini dikenal sebagai budaya asli masyarakat wilayah Desa Wijirejo Pandak Bantul yang pernah punah, akhir-akhir ini mulai berkembang lagi. Kesenian ini mulai tumbuh sejak berdirinya Paguyuban Seni Pek Bung Tri Manunggal Sari.
Tak luput apabila saat ini PEMDA Kabupaten Bantul dan panitia penyelenggara menunjuk paguyuban kesenian tradisional tersebut untuk tampil dan disuguhkan dalam event  tersebut. Memang bukannya tidak punya alasan mengapa paguyuban tersebut dipilih. Paguyuban Seni Pek Bung Tri Manunggal Sari ternyata memang sudah diregistrasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul surat nomor: 021/Budpar/IV/2010 tanggal 8 April 2010.

Sekitar pada pukul 13.00 WIB, hadirlah Ibu Negara beserta rombongan di Showroom Batik Wijirejo. Tidak acara seremonial khusus di acara tersebut. Ibu negara kemudian mewancara para pelaku industri batik serta menikmati kemolekan berbagai batik karya Wijirejo.  Sembari Ibu Negara dan rombongan sedang menikmati sajian batik yang memang telah tertata rapi di papan pamer, maka diriingi sajian alunan musik sederhana dari pek bung. Para tamu dijamu dengan beberapa alunan lagu. Lagu Gethuk yang sudah sangat dikenal masyarakat dan dipopulerkan Nur Afni Oktavia dipilih untuk disajikan pada  urutan pertama. Lagu tersebut membuat cair suasana dan menjadikan acara menjadi santai. Setelah itu dilantunkan lagu dengan judul “Wijirejo Maju” yang berisikan pesan tentang keberagaman budaya di desa Wijirejo dan karya adiluhung berupa hasil karya batik. Memang selama ini Wijirejo sudah relatif dikenal sebagai sentra industri batik.

 
Di sela-sela istirahat dan para tamu sedang mengenal lebih dekat jenis dan cara pembuatan batik, maka Musik Pek Bung dimainkan lagi. Saat ini disajikan lagu Bengawan Solo. Tak pelak para tamu dan hadirin dengan seksama menikmati alunan lagu yang dibawakan Margono (salah seorang vokalis musik tersebut). Komunikasi antara musik dan indera dari hadirin ternyata lebih dekat dengan tampilan lagu ini. Sampai-sampai salah seorang anggota rombongan ibu negara (A. Hutagalung) juga berminat menyanyikan lagu. Tetap masih lagu Bengawan Solo yang dibawakannya. Dengan suara yang elok, seolah-olah menyihir para hadirin, begitu mengesankannya A. Hutagalung membawakan lagu tersebut. Sungguh menjadi sajian yang merasuk dalam kalbu untuk dapat menikmati seni tradisional ini. Salah satu suasana yang membuktikan, ternyata salah satu personil rombongan ibu negara-pun berkenan menyanyi diiringi musik tradisional pek bung ini. 
Suasana tambah menarik setelah salah satu hadirin lainnya juga ikut menyumbangkan lagu. Dipilihlah lagu Prahu Layar. Seolah menjadikan magnet tersendiri bagi hadirin. Akhirnya, sebagian personil dari rombongan kunjungan tersebut ikut berjoget, bersenandung seiring dengan alunan musik dan lagu Prahu Layar ini. Sungguh suasana yang sangat hangat, ceria dan bahagia. Para hadirin sepertinya bersuka cita menikmati suguhan seni ini. “Musik ini sangat sederhana, tapi sangat bisa dinikmatinya” kesan dari salah satu hadirin.  Ya, memang musik pek bung hanya menggunakan alat tradisional yang diramu sedemikian rupa sehingga muncullah alunan nada yang mempesona. Semoga musik pek bung bisa berkembang dan semakin diterima pada semua kalangan. Musik lokal untuk nasional yang menjadi motto dari paguyuban seni ini. (aa).