“Siapa sangka musik Pek Bung dipilih untuk meyuguhkan tampilan
seni pada penyambutan dan memeriahkan acara kunjungan Ibu Negara (Ibu Hj. Mufidah
Jusuf Kalla) beserta Istri-istri Menteri Kabinet Kerja RI (Organisasi
Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja/OASE KK)”.
Sesuatu yang membanggakan masyarakat kabupaten Bantul,
khususnya warga Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Bantul DIY, pada hari Rabu, 25
Maret 2015 didatangi istri pemimpin bangsa Indonesia. Ya, beliau Ibu Mufidah Jusuf
Kalla berkenan mengunjungi Showroom
Batik Wijirejo Pandak. Dalam kunjungan tersebut beliau juga disertai rombongan
Ibu-ibu/istri Kabinet Kerja RI (OASE).
Sudah menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi warga
Wijirejo, yang sangat menantikan kehadiran Ibu Negara di wilayahnya. Sejak pagi
hari, nampak warga Wijirejo berkumpul menunggu di sekitar lokasi kunjungan.
Sedangkan di lokasi kunjungan nampak sibuk panitia penyelenggara untuk
memastikan kesiapannya.
Di sela-sela kesibukan para panitia penyelenggara ataupun
tim dari PEMDA, terlihat sekelompok orang mengenakan baju surjan khas Jawa
duduk di atas panggung sambil memainkan serangkaian musik yang nan eksentrik.
Ya, sebuah musik pek bung. Pek Bung yang selama ini dikenal sebagai budaya asli masyarakat wilayah Desa Wijirejo Pandak Bantul yang pernah punah, akhir-akhir ini
mulai berkembang lagi. Kesenian ini mulai tumbuh sejak berdirinya Paguyuban
Seni Pek Bung Tri Manunggal Sari.
Tak luput apabila saat ini PEMDA Kabupaten Bantul dan
panitia penyelenggara menunjuk paguyuban kesenian tradisional tersebut untuk tampil
dan disuguhkan dalam event tersebut. Memang bukannya tidak punya alasan
mengapa paguyuban tersebut dipilih. Paguyuban Seni Pek Bung Tri Manunggal Sari
ternyata memang sudah diregistrasi oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bantul surat nomor: 021/Budpar/IV/2010 tanggal 8 April 2010.
Sekitar pada pukul 13.00 WIB, hadirlah Ibu Negara beserta
rombongan di Showroom Batik Wijirejo. Tidak acara seremonial khusus di acara
tersebut. Ibu negara kemudian mewancara para pelaku industri batik serta
menikmati kemolekan berbagai batik karya Wijirejo. Sembari Ibu Negara dan rombongan sedang
menikmati sajian batik yang memang telah tertata rapi di papan pamer, maka diriingi
sajian alunan musik sederhana dari pek bung. Para tamu dijamu dengan beberapa
alunan lagu. Lagu Gethuk yang sudah sangat dikenal masyarakat dan dipopulerkan
Nur Afni Oktavia dipilih untuk disajikan pada
urutan pertama. Lagu tersebut membuat cair suasana dan menjadikan acara
menjadi santai. Setelah itu dilantunkan lagu dengan judul “Wijirejo Maju” yang
berisikan pesan tentang keberagaman budaya di desa Wijirejo dan karya adiluhung
berupa hasil karya batik. Memang selama ini Wijirejo sudah relatif dikenal
sebagai sentra industri batik.
Di sela-sela istirahat dan para tamu sedang mengenal
lebih dekat jenis dan cara pembuatan batik, maka Musik Pek Bung dimainkan lagi.
Saat ini disajikan lagu Bengawan Solo. Tak pelak para tamu dan hadirin dengan
seksama menikmati alunan lagu yang dibawakan Margono (salah seorang vokalis musik
tersebut). Komunikasi antara musik dan indera dari hadirin ternyata lebih dekat
dengan tampilan lagu ini. Sampai-sampai salah seorang anggota rombongan ibu
negara (A. Hutagalung) juga berminat menyanyikan lagu. Tetap masih lagu
Bengawan Solo yang dibawakannya. Dengan suara yang elok, seolah-olah menyihir
para hadirin, begitu mengesankannya A. Hutagalung membawakan lagu tersebut.
Sungguh menjadi sajian yang merasuk dalam kalbu untuk dapat menikmati seni
tradisional ini. Salah satu suasana yang membuktikan, ternyata salah satu
personil rombongan ibu negara-pun berkenan menyanyi diiringi musik tradisional pek
bung ini.
Suasana tambah menarik setelah salah satu hadirin lainnya
juga ikut menyumbangkan lagu. Dipilihlah lagu Prahu Layar. Seolah menjadikan
magnet tersendiri bagi hadirin. Akhirnya, sebagian personil dari rombongan
kunjungan tersebut ikut berjoget, bersenandung seiring dengan alunan musik dan
lagu Prahu Layar ini. Sungguh suasana yang sangat hangat, ceria dan bahagia.
Para hadirin sepertinya bersuka cita menikmati suguhan seni ini. “Musik ini
sangat sederhana, tapi sangat bisa dinikmatinya” kesan dari salah satu hadirin.
Ya, memang musik pek bung hanya
menggunakan alat tradisional yang diramu sedemikian rupa sehingga muncullah
alunan nada yang mempesona. Semoga musik pek bung bisa berkembang dan semakin diterima
pada semua kalangan. Musik lokal untuk nasional yang menjadi motto dari
paguyuban seni ini. (aa).